SYSTEM
ENGINE PADA BOEING 737-900ER
I.
Sejarah
Boeing memulai
pembangunan '737 - X Next Generation (NG)'. Program ini adalah untuk pembinaan
seri -600, -700, -800 dan -900. Dalam pembuatan NG ini, perubahan dilakukan
dengan merancang sayap baru, peralatan elektronik yang baru dan rancangan ulang
mesin pesawat. 737 NG dilengkapi dengan teknologi-teknologi dari Boeing 777,
tingkap kokpit berteknologi tinggi, sistem dalaman pesawat yang baru (diambil
dari 777), dengan penambahan berupa 'wingtip' sehingga menjadi sayap lawi yang
mengurangi biaya bahan bakar dan memperbaiki proses 'take-off' pesawat. Pesawat
737 NG boleh dikatakan sebagai sebuah model baru kerana ciri-cirinya yang
banyak berbeda dengan seri-seri yang lama.
Boeing membuat 737-900 yang mampu
terbang lebih jauh dam menampung penumpang lebih banyak daripada vesi sebelumnya.
Pada varian ini, yaitu Boeing 737-900 ER (Extended Range), cockpitnya telah
dilengkapi dengan HUD (Head Up Display). Peralatan ini biasanya dipakai pada
pesawat militer / pesawat tempur. Fungsinya adalah untuk mempermudah pilot
dalam menentukan kemiringan pesawat baik secara vertikal maupun horizontal.
Pesawat ini menggunakan layar LCD yang terpadu dalam bentuk glass cockpit.
Pesawat ini menggunakan Glass Cockpit secara menyeluruh. Sistem Glass cockpit
ini dipercaya akan menjadi trend bagi pesawat-pesawat baru. Lion Air merupakan
launch customer pesawat ini. Di Indonesia, Boeing 737 merupakan
"standar" armada bagi maskapai-maskapai di Indonesia. Hampir semua
maskapai penerbangan di Indonesia pernah dan atau masih mengoperasikan 737,
baik varian "original" (seri -200) varian "Classic" (seri
-300, -400, dan -500), maupun "Next Generation" (seri -800 dan
-900ER) Namun, Boeing 737-900 ER merupakan versi pengembangan Boeing Next
Generation yang beroperasi dibandara-bandara Indonesia.
A.
Teori Dasar
Mesin Turbofan
Mesin
turbofan merupakan tipe mesin turbin gas yang cukup banyak digunakan sebagai
sistem propulsi atau pendorong pesawat terbang, baik pada pesawat komersial
maupun militer, terutama untuk pesawat berbadan menengah dan lebar (narrow and
wide body aircraft). Hal ini dikarenakan
jika dibandingkan dengan mesin turbin gas lainnya, mesin turbofan memiliki
kemampuan operasional yang relatif cukup baik dengan biaya operasional yang
ekonomis. Sebagai penjelasannya secara teoritis rancangan dari pada mesin
turbofan merupakan hasil dari perpaduan antara rancangan mesin turbojet dan
turboprop, dengan kata lain di dalam ruang lingkup operasional mesin turbofan
(turbofan engine envelope) tersebut berada pada antara kondisi ruang lingkup
oprasional turbojet engine dan turboprop engine.
B.
Komponen Utama
Mesin Turbofan
Sebelum
kita mengenal lebih jauh tentang sistem operasional dari mesin turbofan, ada
baiknya terlebih dahulu kita ketahui rancang bangun dan konstruksi dari suatu
mesin turbofan. Secara garis besar dapat dijelaskan beberapa komponen-komponen
utama (major components), yang secara umum menjadi bagian dari suatu konstruksi
gas turbine engine jenis turbofan, diantaranya adalah inlet duct, fan,
compressor (LPC dan HPC), combustion chamber, turbine (LPT dan HPT) dan exhaust
nozzle. Guna lebih menjelaskan pengertian rancangan konstruksi dan
komponen-komponen utama dari pada suatu mesin turbin gas jenis turbofan ini
dapat diperhatihan pada gambar 1.0
Gambar 1.0
diagram skema sebuah mesin turbofan
A.
Operasional
Mesin Turbofan
Pengoperasian
mesin turbofan, untuk pertama kalinya (starting process) akan digerakkan atau
diputar dengan udara bertekanan (air pressurized) yang dihasilkan oleh suatu
sistem turbin gas berukuran kecil yang dikenal dengan Air Turbine Starter (ATS)
atau Auxillary Power Unit (APU). ATS
atau APU tersebut akan memutarkan beberapa komponen utama mesin, seperti halnya
fan, compressor, turbine dan accessories system yang mana komponen-kompenen
tersebut berguna untuk mendukung keperluan operasional mesin (engine
operation). Untuk selanjutnya dapat dijelaskan disini bagaimana siklus
operasional suatu mesin turbin gas berlangsung, yang akan ditampilkan ilustrasi
skema rancangan dari suatu mesin turbin gas.
Dan Gambar 1.1 di bawah ini juga dapat dijadikan sebagai informasi
teoritis dari suatu skema rancangan mesin turbin gas dan mesin turbofan, yang
digunakan sebagai dasar pengertian siklus operasional mesin turbin gas.
Gambar 1.1 siklus
operasional suatu mesin turbin gas berlangsung
Penjelasan secara teoritis proses siklus
operasional suatu mesin turbin gas dapat dimulai dari berputarnya komponen fan
dan atau compessor. Sesuai dengan fungsinya, kedua komponen tersebut akan
menghisap udara yang ada di luar (ambient air) atau di depan mesin untuk masuk
ke dalam ruang mesin melalui saluran masuk (air inlet duct). Udara yang
terhisap tersebut terbagi menjadi dua aliran, yaitu pertama aliran udara yang
terhisap atau melalui fan dan kedua aliran udara yang terhisap oleh compressor.
Udara yang terhisap oleh fan, untuk selanjutnya akan dialirkan secara baypass
(diluar engine core) ke bagian exhaust fan.
Dalam kondisi ini, aliran udara yang berfungsi sebagai media kerja
tersebut akan mengalami perubahan momentum dan percepatan (acceleration),
sehingga mengasilkan gaya dorong (thrust force)- sesuai dengan hukum Newton II
dan Newton III. Gaya dorong yang dihasilkan oleh putaran fan ini lebih dikenal
dengan fan thrust (Ffan), atau dalam istilah lainnya aliran udara langsung (fan
air bypass) ini juga dikenal dengan istilah aliran udara dingin (air cold
flow/stream). Sedangkan aliran udara yang dihisap oleh komponen compressors
akan dialirkan ke dalam engine core, yang mana aliran udara tersebut akan
melalui beberapa komponen utama engine seperti combustion chamber, turbine dan
exhaust nozzle, hingga akhirnya aliran udara tersebut dapat menghasilkan gaya
dorong (thrust force). Gaya dorong yang
dihasilkan oleh engine core ini dikenal dengan istilah core thrust (Fcore) atau
juga dikenal dengan istilah aliran udara panas (air hot flow/stream).
Besarnya gaya dorong fan (fan thrust)
yang terjadi umumnya berkisar antara 70% - 80% dari total gaya dorong (total
thrust) yang dihasilkan oleh suatu mesin turbofan. Dan untuk core thrust, gaya dorong yang
terjadi biasanya berkisar antara 20% - 30% dari total thrust yang dihasilkan. Dengan
berputarnya compressors, aliran udara dimampatkan atau dikompresikan untuk
dapat ditingkatkan tekanannya sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan dalam
proses pembakaran (burning process requiretment). Secara teoritis dapat
dikatakan, bahwa proses kompresi ini merubah kondisi energi kecepatan aliran
udara masuk (air intake momemtum energy) menjadi udara bertekanan (air pressure
energy). Udara yang telah di kompresikan tersebut, kemudian dialirkan ke ruang
bakar (combustion chamber) untuk selajutnya dicampur dengan bahan bakar (fuel)
yang disemprotkan melalui fuel nozzle dengan nilai perbandingan tertentu
(fuel/air-mixture ratio). Pada saat yang
bersamaan, campuran antara udara dengan bahan bakar tersebut akan diberikan
pengapian atau dibakar (burning process) dengan perantara pemantik api (igniter
plug), sehingga pada saat yang bersamaan terjadi proses pembakaran. Dalam ruang
bakar ini energi udara bertekanan (air pressure energy), dirubah menjadi energi
udara panas (air thermal energy).
Untuk semua
jenis mesin turbin gas umumnya, proses pengapiannya hanya diberikan pada saat
mesin dihidupkan pertama kali (starting process). Dan ketika mesin telah hidup
dan memiliki kecepatan putar minimum (idle speed), maka untuk selanjutnya tidak
diberikan lagi pengapian (tanpa operasional igniter plug) di dalam ruang bakar,
dikarenakan pada kondisi tersebut suhu (temperature) di dalam ruang bakar telah
cukup tinggi dan sanggup untuk membakar campuran antara udara dan bahan bakar
yang ada. Sehingga dengan sendirinya proses pembakaran akan terjadi secara
otomatis terus-menerus selama mesin beroperasi.
Sistem proses pengapian semacam ini biasa dikenal dengan istilah “low
ignition duty”. Gas panas hasil pembakaran di dalam ruang bakar, selanjutnya
akan bereaksi mengembang (expansion) yang memiliki energi panas (thermal
energy) dan kecepatan (kinetic energy) yang cukup tinggi. Dengan perantara
komponen nozzle guide vane (NGV) pada bagian turbin (turbine section), gas yang
berekspansi tersebut akan diarahkan tepat pada rotor blade turbine (first stage
turbine). Rotor blade turbine berfungsi untuk merubah thermal energy dan
kinetic energy dari pada ekspansi gas hasil pembakaran menjadi energi mekanik
(mechanical energy) atau gerak putar turbin (turbine rotate). Kecepatan putar rotor blade turbine akan
sebanding dengan besarnya kinetic energy aliran gas panas hasil pembakaran dari
ruang bakar. Selain dari pada itu,
turbine juga berfungsi untuk menghasilkan gaya dorong (thrust) berupa pancaran
gas panas (jet propulsion) yang keluar melalui saluran buang (exhaust nozzle). Kecepatan
putar rotor blade turbine yang tinggi tersebut, juga akan digunakan untuk
memutarkan fan, compressor dan accessories system dengan perantara batang poros
(drive shaft) dan roda gigi (gear box), sehingga dapat menjamin mesin untuk
tetap beroperasi. Penjelasan di atas merupakan suatu rangkaian siklus sederhana
dari suatu mesin turbin gas (gas turbine engine cycle). Siklus tersebut akan
selalu terjadi secara terus-menerus (continuous cycle process) selama mesin
turbin gas beroperasi.